Pembelajaran Psikologi behavioristik, kognitif dan humanistis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Teori behavioristik merupakan salah satu bidang kajian
psikologi eksperimental yang kemudian diadopsi oleh dunia pendidikan. Menurut Jhon Watson (1878-1958), belajar sebagai
proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang
dimaksud harus dapat diamati dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui
adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar,
namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan
karena tidak dapat diamati.
Aliran psikologi sangat besar pengaruhnya terhadap
arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran hingga kini
adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku
yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan
dengan proses belajar. Kognisi adalah pikiran, keyakinan dan
image-image internal yng dimiliki seseorang tentang peristiwa-peristiwa didalam
hidupnya. Dengan kata
lain, kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan. Menurut
Brunner, pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi agar mahasiswa dapat
belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan
pengetahuan dan kemampuan baru yang khas baginya.
Dalam
pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya
serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan prilakunya. Jika dalam dunia
pendidikan, para pendidik harus membantu siswa untuk mengembangkan dirinya,
yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri
sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi yang
ada pada diri mereka.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa
untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk
mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
B. Rumusan Masalah
a.
Bagaimana sejarah teori psikologi behavioristik, kognitif dan humanistik ?
b.
Bagaimana teori belajar psikologi behavioristik, kognitif dan humanistik ?
c.
Siapakah tokoh-tokoh dari teori-teori psikologi behvioristik, kognitif, dan
humanistic ?
d.
Bagaimana aplikasi dari ketiga teori itu dalam dunia pendidikan ?
C. Tujuan penulisan
a.
Agar mengetahui
sejarah dari psikologi behavioristik, kognitif dan humanistik.
b.
Agar mengetahui teori belajar psikologi behavioristik, kognitif dan humanistik.
c.
Agar mengetahui tokoh-tokoh dari psikologi teori behavioristik, Kognitif,
dan humanistic.
d.
Agar mengetahui
aplikasi dari teori psikologi behavioristik, kognitif dan humanistik dala dunia
pendidikan dan pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Psikologi Behavioristik
a.
Sejarah Teori behavioristik
Teori
behavioristik merupakan salah satu bidang kajian psikologi eksperimental yang
kemudian diadopsi oleh dunia pendidikan. Meskipun dikemudian hari muncul
berbagai aliran baru sebagai reaksi terhadap behaviorisme, namun harus diakui
bahwa teori ini telah mendominasi argumentasi tentang fenomena belajar manusia
hingga penghujung abad 20.
Menurut
teori behavioristik, belajar dipandang sebagai perubahan tingkah laku, dimana
perubahan tersebut muncul sebagai respons terhadap berbagai stimulus yang
datang dari luar diri subyek. Secara teoritik, belajar dalam konteks
behaviorisme melibatkan empat unsur pokok yaitu: drive, stimulus, response dan
reinforcement. Apa yang dimaksudkan dengan drive yaitu suatu mekanisme
psikologis yang mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhannya melalui
aktivitas belajar. Stimulus yaitu ransangan dari luar diri subyek yang dapat
menyebabkan terjadinya respons. Response adalah tanggapan atau reaksi terhadap
rangsangan atau stimulus yang diberikan.
Dalam
perspektif behaviorisme, respons biasanya muncul dalam bentuk perilaku yang
kelihatan. Reinforcement adalah penguatan yang diberikan kepada subyek belajar
agar ia merasakan adanya kebutuhan untuk memberikan respons secara
berkelanjutan.
b. Teori belajar behavioristik
Teori belajar behavioristik
adalah sebuah teori tentang perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman.
Teori
ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh
terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang
dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya
perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model
hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu
yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan
atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.Teori ini mengutamakan
pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi
atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting
oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila
penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat.
Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka
respon juga semakin kuat.
Pandangan behavioristik juga kurang
dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi pebelajar, walaupun mereka
memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan ini tidak dapat menjelaskan
mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif
sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih
tugas sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya
mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak
memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan
unsur-unsur yang diamati.
a) Jhon Watson (1878-1958)
Belajar sebagai proses
interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud
harus dapat diamati dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya
perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun
dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan
karena tidak dapat diamati.
b)
Edward Edward Lee
Thorndile (1874-1949)
Menurut
Thorndile belajar merupkan peristiwa terbentuknya asosiasi antara peristiwa
yang disebut stimulus dan respon. Teori belajar ini disebut teori
“connetionism”. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan
pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila
knop didalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan
Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error yaitu: adanya aktivitas, ada
berbagai respon terhadap berbagai situasi, ada eliminasi terhadap berbagai
respon yang salah, dan ada juga kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.
d.
Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran
Aliran
psikologi sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan praktik
pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori
behavioristik dengan model hubungan stimulus dan responnya, mendudukkan orang
yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat
bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Aplikasi
teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal :
-
tujuan pembelajaran,
-
sifat materi pelajaran,
-
karakteristik pebelajar,
-
media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Pembelajaran
yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa
pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, dan tidak berubah. Pengetahuan telah
terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan,
sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge)
ke orang yang belajar atau pembelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk
menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berpikir yang
dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses
berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan
tersebut. Pembelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan
yang diajarkan.Artinya apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang
harus dipahami oleh murid.
Demikian
halnya dalam pembelajaran, pembelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu
membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para
pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan
standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para
pembelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar diukur hanya pada hal-hal
yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati
kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Implikasi
dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan
ruang gerak yang bebas bagi pembelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan
mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut
bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga
terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu
untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
B. Psikologi Kognitif
a.
SejarahPsikologiKognitif
Sejarah dari psikologi kognitif
berawal pada saat Plato (428-348SM) dan muridnya Aristotle (384-322SM)
memperdebatkan mengenai cara manusia memahami pengetahuan maupun dunia serta
alamnya. Plato berpendapat bahwa manusia memperoleh pengetahuan dengan cara
menalar secara logis, aliran ini disebut sebagai rasionalis. Lain halnya dengan
Aristotles yang menganut paham empiris dan mempercayai bahwa manusia memperoleh
pengetahuannya melalui bukti-bukti empiris.
Perdebatan ini masih berlangsung
seperti pertentangan Rasionalis dari Perancis (1596-1650), dan Empiris dari
Inggris, John Locke(1632-1704), dengan
tabularasa-nya. Seorang fisuf Jerman, Immanuel Kant, pada abad 18 berargumentasi bahwa baik rasionalisme
maupun empirisme harus bersinergi dalam membuktikan pengetahuan. Perdebatan ini
meletakkan landasan dan memengaruhi cara berpikir di bidang ilmu
psikologimaupun cabang ilmu lainnya. Saat ini ilmu pengetahun mendasarkan paham
empiris untuk pencarian data dan pengolahan dan analisis data menggunakan
kerangka pikir rasionalis
b.
TeoriBelajar
Psikologi Kognitif
Psikologi kognitif adalah kajian
studi ilmiah mengenai proses-proses mental atau pikiran. Bagaimana informasi
diperoleh, dipresentasikan dan ditransfermasikan sebagai pengetahuan. Psikologi kognitif juga di sebut sikologi pemrosesan
informasi. Tingkah laku seseorang di dasarkan pada tindakan mengenal/memikirkan
situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
Teori
kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar. Kognisi adalah pikiran, keyakinan dan image-image internal yng
dimiliki seseorang tentang peristiwa-peristiwa didalam hidupnya. Dengan kata lain, kognisi menunjuk pada konsep
tentang pengenalan.
Teori
kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena ada variabel penghalang
pada aspek-aspek kognisi seseorang. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil
belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus
dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks. Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi
dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati.
Prinsip dasar psikologi
kongnitif antara lain:
-
Belajaraktif
-
Belajar lewat interaksi
sosial
-
Belajar lewat pengalaman
sendiri
Implikasi teori perkembangan
kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
1.
Bahasa dan cara berfikir
anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu, guru menggunakan bahasa yang
sesuai dengan cara berfikir anak.
2.
Anak-anak akan belajar
lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu
anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3.
Bahan yang harus
dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
c.
Tokoh teori
kognitif yaitu:
Menurut Brunner, pembelajaran hendaknya
dapat menciptakan situasi agar mahasiswa dapat belajar dari diri sendiri
melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan pengetahuan dan kemampuan baru
yang khas baginya. Dari sudut pandang psikologi kognitif, bahwa cara yang
dipandang efektif untuk meningkatkan kualitas output pendidikan adalah
pengembangan program-program pembelajaran yang dapat mengoptimalkan
keterlibatan mental intelektual pembelajar pada setiap jenjang belajar.
Sebagaimana direkomendasikan Merril, yaitu jenjang yang bergerak dari tahapan
mengingat, dilanjutkan ke menerapkan, sampai pada tahap penemuan konsep,
prosedur atau prinsip baru di bidang disiplin keilmuan atau keahlian yang sedang
dipelajari.
Dalam teori belajar, Jerome Bruner
berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa
dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam hal ini
Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga tahap itu adalah: (1) tahap
informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru,
(2) tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis
pengetahuan baru serta mentransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat
untuk hal-hal yang lain, dan (3) evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil
tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak. Bruner mempermasalahkan
seberapa banyak informasi itu diperlukan agar dapat ditransformasikan . Perlu
Anda ketahui, tidak hanya itu saja namun juga ada empat tema pendidikan yaitu:
(1) mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan, (2) kesiapan (readiness)
siswa untuk belajar, (3) nilai intuisi dalam proses pendidikan dengan intuisi,
(4) motivasi atau keinginan untuk belajar siswa, dan curu untuk memotivasinya.
d. Aplikasi
teori psikologi kognitif dalam pembelajaran
Teori belajar psikologi kognitif
memfokuskan perhatiannya kepada bagaimana dapat mengembangkan fungsi kognitif
individu agar mereka dapat belajar dengan maksimal. Faktor kognitif bagi Teori
belajar kognitif merupakan faktor pertama dan utama yang perlu dikembangkan
oleh para guru dalam membelajarkan peserta didik, karena kemampuan belajar
peserta didik sangat dipengaruhi oleh sejauhmana fungsi kognitif peserta didik
dapat berkembang secara maksimal dan optimal melalui sentuhan proses
pendidikan.
Peranan guru menurut teori belajar
psikologi kognitif ialah bagaimana dapat mengembangkan potensi kognitif yang
ada pada setiap peserta didik. Jika potensi kognitif yang ada pada setiap
peserta didik telah dapat berfungsi dan menjadi aktual oleh proses pendidikan
di sekolah, maka peserta akan mengetahui dan memahami serta menguasai materi
pelajaran yang dipelajari di sekolah melalui proses belajar mengajar di kelas.
Oleh karena itu, peran ahli teori
belajar psikologi kognitif berkesimpulan bahwa salah satu faktor utama yang
mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas ialah faktor kognitif
yang dimiliki oleh peserta didik. Faktor kognitif merupakan jendela bagi
masuknya berbagai pengetahuan yang diperoleh peserta didik melalui kegiatan
belajar mandiri maupun kegiatan belajar secara kelompok.
Pengetahuan tentang kognitif
peserta didik perlu dikaji secara mendalam oleh para calon guru dan para guru
demi untuk menyukseskan proses pembelajaran di kelas. Tanpa pengetahuan tentang
kognitif peserta didik guru akan mengalami kesulitan dalam membelajarkan
peserta didik di kelas yang pada akhirnya mempengaruhi rendahnya kualitas
proses pendidikan yang dilakukan oleh guru di kelas melalui proses belajar
mengajar antara guru dengan peserta didik.
C. Psikologi
Humanistik
a.
Sejarah Psikologi
humanistik
Pada akhir tahun
1940-an muncullah suatu perspektif psikologi baru. Orang-orang yang terlibat dalam
penerapan psikologilah yang berjasa dalam perkembangan ini, misalnya ahli-ahli psikologi
klinik, pekerja-pekerja social dan konseler, bukan merupakan hasil penelitian dalam
bidang proses belajar. Gerakan ini berkembang dan kemudian dikenal sebagai psikologi
humanistik. Psikologi ini berusaha untuk memahami prilaku seseorang dari sudut sipelaku.
Dalam dunia pendidikan,
aliran humanistic muncul pada tahun 1960 sampai dengan 1970-an dan kemudian perubahan-perubahan
dan inovasi yang terjadi selama dua dekade yang terakhir pada abad 20 ini pun
juga akan menuju pada arah ini.
b.
Teori Belajar
psikologi Humanistik
Psikologi humanistik berfokus pada
kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan
hasrat biologisnya. Dalam
pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya
serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan prilakunya. Jika dalam dunia
pendidikan, para pendidik harus membantu siswa untuk mengembangkan dirinya,
yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri
sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi yang
ada pada diri mereka.
Tujuan
utama para pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu
membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai
manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam
diri mereka.
c.
Tokoh penting dalam teori belajar humanistik:
a.)
Abraham Maslow
Abraham H. Maslow
(selanjutnya ditulis Maslow) adalah tokoh yang menonjol dalam psikologi
humanistik. Karyanya dibidang pemenuhan kebutuhan berpengaruh sekali terhadap
upaya memahami motivasi manusia. Sebagian dari teorinya yang penting didasarkan
atas asumsi bahwa dalam diri manusia terdapat dorongan positif untuk tumbuh dan
kekuatan-kekuatan yang melawan atau menghalangi pertumbuhan (Rumini, dkk.
1993).
b.)
Carl R. Rogers
Carl R. Rogers
adalah seorang ahli psikologi humanistik yang gagasan-gagasannya berpengaruh
terhadap pikiran dan praktek psikologi di semua bidang, baik klinis,
pendidikan, dan lain-lain. Lebih khusus dalam bidang pendidikan, Rogers
mengutarakan pendapat tentang prinsip-prinsip belajar yang humanistik, yang meliputi
hasrat untuk belajar, belajar yang berarti, belajar tanpa ancaman, belajar atas
inisiatif sendiri, dan belajar untuk perubahan (Rumini,dkk. 1993)
d.
Aplikasi Teori Psikologi humanistik dalam Proses
Pembelajaran dan Pengajaran
Guru sebagai fasilitator memberikan perhatian kepada siswa merupakan cara
untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas.Ini merupakan
ikhtisaryang sangat singkat dari beberapa guidenes (petunjuk),
diantaranya: Fasilitator membantu, mengatur, mengarahkan, dan pengambil
prakarsa dalam proses pembelajaran dan implikasi dari hasil pembelajaran. sebab
guru merupakan salah satu sumber belajar.Gurujuga memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan
mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa
berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang
bersifat negatif.
Tujuan
pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun
proses yang umumnya dilalui adalah :
-
Merumuskan tujuan belajar yang jelas
-
Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat
jelas , jujur dan positif.
-
Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas
inisiatif sendiri
-
Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran
secara mandiri
-
Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya
sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku
yang ditunjukkan.
-
Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa,
tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab
atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
-
Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
-
Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok
untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.Indikator
dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang, bergairah,
berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan
sikap atas kemauan sendiri.Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani,
tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara
bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan ,
norma , disiplin atau etika yang berlaku.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Teori belajar behavioristik adalah
sebuah teori tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu
berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh
terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang
dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya
perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Psikologi
kognitif adalah kajian studi ilmiah mengenai proses-proses mental atau pikiran.
Bagaimana informasi diperoleh, dipresentasikan dan ditransfermasikan sebagai
pengetahuan. Psikologi kognitif juga di
sebut sikologi pemrosesan informasi. Tingkah laku seseorang di dasarkan pada tindakan
mengenal/memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
Psikologi
humanistik berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan
rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya.Dalam pandangan humanistik,
manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai
kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan prilakunya.
B.
Saran
Penulisan makalah ini tidak
luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangatlah kami harapkan untuk menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
H, Djali. 2007. Psikologi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Lesmana, Jeanette Murad. 2005. Dasar-Dasar
Konseling. Jakarta: Universitas Indonesia Press
Prayitno dan Erman Amti. 1994. Dasar-Dasar
Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 1989. Teori-Teori
Belajar untuk Pengajaran. Jakarta: Universitas Indonesia Press.